Sarang Semut Papua adalah Tanaman epifit yang banyak dijumpai di
derah Papua ini diyakini mampu mengatasi berbagai penyakit berat,
seperti kanker, diabetes, hipertensi, lever, asam urat, dan jantung.
Kenyataan tersebut cukup beralasan, apalagi setelah dilakukan berbagai
penelitian ilmiah yang mampu membuktikan khasiat tanaman ini.
Penelitian juga dilakukan oleh sejumlah
mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Arius Suwundo, Felicia Widyaputri, Marika Suwondo, dan Prenali Satmika
membuktikan sarang semut mampu menghambat dan bahkan membunuh sel
kanker. Selain mampu membuktikan khasiat sarang semut untuk pengobatan
kanker, penelitian yang berjudul ‘Myrmecodia Peden: Alternatif
Kemoterapi Kanker Payudara dengan Efek Samping Minimal’ juga berhasil
mengantarkan keempat mahasiswa tersebut meraih medali emas pada Pimnas
XXIV di Universitas Hasanuddin, Makassar, 19-21 Juli lalu.
Arius Suwondo mengatakan kepada wartawan
bahwa mereka tergerak untuk meneliti tanaman sarang burung karena
selama ini banyak dikonsumsi masyarakat dan dipercaya dapat menyembuhkan
berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker. Mereka kemudian
mengkaji lebih dalam untuk mengetahui apakah tanaman ini dapat digunakan
sebagai alternatif untuk mengobati kanker dengan efek samping minimal,
tidak seperti pada pengobatan kemoterapi yang menimbulkan sejumlah efek
samping. ”Ide penelitian berawal dengan melihat pengobatan kanker dengan
cara kemoterapi yang banyak menimbulkan penderita kanker melakukan drop
out dan menghentikan terapi karena mengalami beberapa efek samping.
Harapannya dengan pengobatan sarang semut, herbal, hasilnya bisa
meminimalisir efek samping penderita kanker,” jelasnya di Fakultas
Kedokteran UGM.
Sarang semut diketahui mengandung
flavanoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga
sangat baik untuk pencegahan kanker. Selain itu, ia juga mengandung
tokoferol dan alfa-tokoferol, zat dengan aktivitas anti oksidan tinggi
yang mampu menghambat radikal bebas.
Disebutkan Arius, dari hasil uji
sitotoksik diketahui adanya aktivitas terhadap sel kanker setelah
direaksikan dengan ekstrak sarang semut. Ekstrak sarang semut terbukti
mampu menghambat, bahkan membunuh sel kanker melalui mekanisme
apoptosis, yaitu mematikan sel kanker dengan cara terprogram tanpa
menimbulkan rasa sakit pada penderita. “Setelah melalui uji sitotoksis,
dapat terlihat tanaman ini mampu menghambat dan bahkan mematikan sel
kanker dengan mekanisme apoptosis, tidak memecahkan sel yang menimbulkan
peradangan yang bisa membahayakan kesehatan pasien,” urainya.
Ditambahkan oleh Felicia Widyaputri,
dengan dosis Inhibitory Consentration (IC) 50 sebesar 539,902
mikrogram/milliliter mampu menghambat hingga 50 persen pertumbuhan sel
kanker. Saat dosis ekstrak sarang semut ditingkatkan dengan Effective
Consentration (EC) 50 sebesar 1599,998 mikrogram/milliliter dapat
membunuh sel kanker hingga 50 persen. “Ketika dosisnya meningkat, maka
proses apoptosisnya juga meningkat, dengan EC 50 sebesar 1599,998
mikrogram/milliliter dapat membunuh sel kanker sampai angak 50 persen,”
terang mahasiswi angkatan 2008 ini.
Penilitian yang dilakukan Arius dan
kawan-kawan baru dilakukan secara in vitro (skala laboratorium) dan
belum diujikan pada hewan ataupun manusia. “Dengan hasil penelitian yang
menujukkan hasil positif tersebut, tidak menutup kemungkinan ke depan
akan dicobakan ke hewan dan selanjutnya ke manusia. Namun, perlu
dilakukan serangkaian pengujian lebih dalam lagi,” pungkasnya.
Sumber : www.ugm.ac.id